Sabtu, 01 Oktober 2011

Mampukah kita?

Mampukah kita bertahan pada pilihan yang telah kita pilih? Pilihan yang telah membawa kita pada jalan ini, jalan yang begitu panjang, dan belum juga kita temukan ujungnya.
Ini bukan perkara mudah, bagiku khususnya. Kita sama-sama mengetahui, ini bukan jalan yang aku pilih untuk kita, ini bukan mau ku! Tapi aku menerima saja bukan ? Masihkah aku kurang cukup baik untuk mu? Aku bahkan menerima saja tanpa berani sedikitpun menentang mu, kamu tau kenapa? Aku rasa kamu tau, dan aku tidak perlu mengatakannya, hal yang sangat pribadi bukan?
Mampukah kita bertahan pada pilihan ini? Ternyata kita, oh maaf, maksudku kamu, mampu bertahan pada pilihan itu. Tapi tidak untukku. Aku mengutukinya. Sumpah! Aku mengutukinya setiap malam, berharap Tuhan mengutukmu, mengutukmu untuk kemudian membuat mu mencintai ku (mungkin) seperti dulu lagi. Tapi aku malah bertanya balik pada diriku, memang kamu pernah mencintaiku? Sedikit saja, sedikit, supaya aku bisa berharap.
Ah, sudahlah, nampaknya kau tidak pernah mencintaiku, buktinya Tuhan diam dan toh sampai sekarang tidak terjadi apa-apa pada kita, sekarang, dulu, dan semoga tidak nanti.
Tapi boleh kah aku tetap pada pilihan ku (ini murni pilihanku), bolehkah aku tetap mencitaimu? Mencintaimu dalam diam,  mencintaimu diam-diam, karena hampir setiap hari aku diam-diam membuka halaman Facebook mu, diam-diam mencuri foto mu untuk aku simpan di Laptop kesayanganku, diam-diam membenci semua wanita yang dengan genit muncul di laman Facebook mu, dan (maaf) aku diam-diam merindukanmu, merindukanmu setiap hari, dua kali sehari, setiap aku menarik nafas kemudian menghembuskannya.
Adil bukan?
-diahsetiawati